Cerita di balik operasi caesar

image

{ baby Ziyad 2w }

baiklah….setelah sekian lama vakum ngeblog, ceritanya diriku ingin kembalikan menghidupkan blog yang hampir setengah tahun ini mati suri -,-.

baiklah sesuai judul ceritanya tentang pengalaman saat di operasi kemarin : )

sebenarnya tak ada terbesit niatan dan rencana persalinan nanti dengan di caesar. seperti kebanyakan ummahaat lainnya, yang merencanakan persalinan normal, dan punya anak berderet deret seperti tangga, agar sekalian repotnya ( repot menyenangkan tentunya ) :o.

berbagai ikhtiar agar melahirkan normal nantinya sudah di lakukan, di antaranya ( sapatau ada yang mau mencontoh ( seperti saat usia kandungan menginjak 8 bulan, sudah mulai jalan pagi ( tepatnya ba’da subuh ) dengan suami, terkadang walau ogah ogahan tapi karena suami dan mama yang semangat, yahh di bela belain :v. minum minyak zaitun, sebenarnya aslinya minum minyak kelapa, tapi adanya minyak zaitun, konon katanya insya Allah lancar dan licin nantinya ( tapi kata dokter ini mah mitos –” ). mengepel jongkok dari ujung ke ujung ( asli, ini yang paling sessa menurutku T.T ).  sampai di urut juga sama sanro sanro ( tukan pijit khusus bumil, ibu ibu pasca melahirkan dan bayi ), kata dokter berbahaya, tapi sudah menjadi kebiasan turun temurun di keluarga, saat usia kehamilan 7 dan 9 bulan, di panggilkan sanro sanro, dan alhamdulillah baik baik saja ^^v,tujuannya sederhana saja, memperbaiki posisi janin di dalam perut dilenggang lenggang sedikit, dan bumil di pijat agar rileks. Qodarullah saat masuk 9 bulan, posisi janin nda lurus, hampir melintang, di hari ketiga setelah pijat, alhamdulillah sudah lurus, tapi ketuban masih tebal dan belum turun, dankebar panggul isnya Allah mudah untuk persalinan normal nanti ( kata sanro sanro ), dan sama  seperti perkiraan dokter saat usg, sanro sanro juga memperkirakan pertengahan bulan September launchingnya si baby dan beratnya sekitar 2,8, sudah pas insya Allah.

Tapi….sudah jalannya baby launching dengan cara persalinan caesar, alhamdulillah alaa kulli hal^^
Yang terpenting ibu dan debay selamat dan sehat, abaikan saja komen miring seperti, belum merasaka jadi ibu sepenuhnya, belum merasakan jihadnya seorang wanita :v *ga usah baper.i n

kembali ke cerita…

karena di perkirakan pertengahan September, Abi di Timika yang semula tiketnya Oktober nanti, di majukan menjadi September, agar dapat Aqiqahannya baby. Qodarullah sampai Abi datang, si baby masih betah dan tenang tenang saja di perut –” tak ada tanda tanda. akhirnya, karena berasa sudah lewat dari HPL, tepat tanggal 20 – 10 – 15, kembali periksa ke bidan tempat rencana nanti lahiran, setelah di tensi ( selama hamil, tensinya selalu rendah ), konsultasi ringan, di stetoskop jantung baby, dan di raba raba sedikit, bidannya bilang “tinggal tunggu hari, sudah bersandar bayinya, yinggal masuk kepanggul ini”, kemudian sama bidannya di tawari usg ( bidan sekarang ternyata canggih canggih, bukan hanya dokter spog  saja sekarang yang bisa usg dan menerima bpjs😆), mama juga penasaran apa sih yang di lakukan si baby di perut, betah banget. Tapi, berhubung tinggal menunggu hari, tak perlulah fikirku. kemudian sebelum pulang saya dan mama sempat beli beberapa botol air tahu super dan fresh dari tempat si bidan, ya g hanya bisa bertahan sampai sepekan itupun mesti di freezer, kata bidannya bagus insya Allah minum air tahu untuk ibu hamil, anaknya nanti bersih kalau keluar.

setelah hari itu..kegiatanku berjalan seperti biasanya. jalan pagi masih futin di lakukan, ngepel jongkok pun demikian, tapi tak ada tanda tanda dan kontraksi sedikitpun, hanya saja kadang betis dan perut sesekali berasa kencang, dan seperti kata orang orang gerakan baby melambat dan berkurang, tapi nda sakit. ummi mulai khawatir, selain sudah sangat lewat dari HPL, karena tiket hari kepulangannya ke Timika semakin dekat dan si baby masih anteng anteng saja di perut, padahal niatan datang karena mau menyaksikan langsung cucu pertamanya ini T.T.

Akhirnya tangal 25 – 9 – 15, tepat sehari setelah iedul adha, sore sekitar jam 5 an, berdua dengan ummi periksa lagi ke bidan, ternyata sore hari, pasien semakin banyak. setelah di tensi, konsultasi, “suster, kenapa sudah lewat sekalimi HPLnya, belumpi lahir debaynya”. “mauki di usg saja biar lebih jelas”,kata susternya.
setelah menyetujui saran suster, saya dan ummi di bawa ke kamar ruangan khusus usg. Ketika di usg, waktu itu sudah masuk maghrib, ternyata kata suster, air ketubannya sudah kering, bukan lagi sedikit tapi kering, kemudian ari arinya sudah tua ( entahlah diriku tak mengerti ), dan tangan si baby sudah nda gerak gerak, itulah sebabnya beberapa hari ini perutku mengencang, dan memang gerakan baby sangat kurang, sesekali dan lemah dalam beberapa jam, fikir kami artinya dia sudah mau keluar, ya memang sudah mau keluar tapi si baby sudah lemah dan hampir kekribgan di dalam T.T. kata suster, bidan nda berani ambil resiko tangani, mesti di rujuk ini, paling lambat besok. Ummi yang panik, ana pucat seketika, tak berkutik. Bidan menekankan untuk tetap tenag dan tidak usah takut -,-.  Ummi bertanya di rujuk kemana bagusnya, saran bidan biasa mereka merujuk pasiennya di RS Khadijah ( lupa yang bagian mana, pokoknya jauh di kota ), atau di RSIA Cahaya Medika. Bidannya juga sempat bertanya apa punya bpjs, kebetulan nda punya ( maklum bukan pns ataupun karyawan ataupun orang punya udzur untuk bpjs heuheu ), akhirnya kami memilih ke RS terdekat, RSIA Cahaya Medika. dan semuanya itu bidannya yang mengurus, termasuk mobil ambulancenya ( mobil pribadi bubid yang di memang difungsikan seperti ambulance ), sementara itu ummi pulang, dan mempersiapkan perlengkapan di RS.

Setelah balik lagi, bersama Zaujy dan Abi, membawa perlengkapanku dan baby yang memang sudah disiapkan jauh jauh hari. selagi menunggu bidan desi mengurus segala sesuatunya, Ummi sempat beramah tamah dengan pasien lainnya, seorang ibu yang mengimunisasi anaknya, yang ternyata kebetulan sebenarnya mukim di Timika, pulkam ke Makassar jenguk  dan tinggal sementara dengan ibunya yang tinggal seorang diri dan sering kambuh hipertensinya. Ibu itu juga bercerita kalau dua duanya anaknya lahir caesar, dan menyarankan saya agar langsung mau di caesar, dulu kasusnya juga sama, di usahakan lahir normal dengan induksi tapi qodarullah nda bisa, ujung ujungnya juga caesar.
kemudian, di situ juga ada seorang nenek gaul ( cara bicara dan berpakaiannya keren ), yang datang duluan sebelum pasien sebenarnya, katanya mau sekongkol dengan bidan, katanya cucunya umur 2 bulan sakit batuk parah gegara papanya merokok, setelah merokok nyium nyium anaknya –“, ketika nenek itu tau saya di siru sedang menunggu bidan desi untuk bareng ke RS dalam rangka operasi, si nenek nyeletuk, “biasa ji itu sekarang operasi sesar, malah biasa anak anak sekarang itu minta di caesar, biar nda narasa sakitnya lahiran”. Setelah beberapa lama, datanglah anaknya si nenek, pasangan suami istri muda dengan debay ganteng, si nenek mengambil si bayi yang kebetulan lagi rewel sambil terbatuk batuk. Kemudian bidan mengecek keadaan debay, dan memarahi papanya si debay ganteng, “kodong kasiannya ini anakta, masih 2 bulan batuknya sepertimi orang besar, janganki merokok di dekatnya, dan kalau habis merokok jangan dekat dekat anakta, demi anakta, kurang kurangimi itu rokokta, kalau bisa hentikan! kasian anakta”, kemudian beberapa ibu ibu di sekitar juga menimpali, “kodong kasiannya anaknya gara gara bapaknya merokok”, si nenek menambahi, “liatmi kasian ini, sampe adami kantung matanya gara gara kurang tidur, batuk terus baru menanangis nangis”.

Setelah mobil bu bidan datang, akhirnya kami akan menuju rumah sakit. sepanjang jalan, diriku hanya bisa mellow sambil ngemil kurma dan minum air zamzam, bukannya menyesali takdir, hanya saja maaih shock dan sama sekali belum ada persiapan mental operasi *lebay deh x.x

Sesampai di RS, ternyata bidan Desi sudah familiar di sana, tanpa daftar ini itu, saya langsung masuk ke ruangan pasien. Di ruang pasien, di situlah di mintai keterangan, seperti nama, suami, umur, bla bla. kemudian sama susternya di cek tensi ( lagi lagi rendah ) dan, di minta untuk di ambil darahnya, untuk dicek gol darah apa, saya menjadi tegang seketika, melihat suntik –“, sampai sampai sama susternya di bilangin jangan tegang. Tetiba, suster yang lain bertanya, “terakhir tadi makan minum jam berapa ?
“barusan tadi pas perjalanan kesini”
“yahhh harus puasa orang kalau di operasi”, *beginilah jadinya karena sama sekali nda ada persiapan.
Tanpa menunggu lama, suster memintaku untuk berganti pakaian operasi, kemudian setelah itu di pasangi infus *lagi lagi di suntik T.T.
Dan lagi lagi saya kembali di tegur untuk tidak tegang, dan kebetulan karena tangan sebelah kanan nda cocok di pasangi infus, di pindah lagi ke tangan sebelah kiri T.T, memar biru di tangan kanan ini sepekan baru hilang.

Setelah selesai persiapan, saya dipindahkan ke ruang operasi, ruangannya besar dan dinginnn. kemudian saya naik ke tempat tidur / meja operasi, dan lagi lagi di beri beberapa suntikan –“, di antara suntikannya ada yang efeknya gatalll sekujur badan tapi ga sampai semenit, dan paling nyess suntikan yang badan kita di suruh melengkung *bayangin aja riwehnya ibu hamil besar disuruh melengkung* kemudian disuntik belakangnya, berasa nembus di tulang tulang. Kemudian setelah para suster sudah mempersiapkan semua alat alat operasi, dokter bedahnya pun datang, saya di beri pembatas biar ga melihat langsung proses operasi. Selama operasi saya sempat diserang kantuk berat -,-, tapi di tahan tahanin deh, pengen dengar suara baby nanti saat keluar T.T. Tetiba di tengah operasi, salah seorang dokter beristighfar, kemudian seperti menarik sesuatu di perut, yang ternyata debay T.T. Alhamdulillah langsung kedengaran tangisnya, hanya saja tangis lemas begitu. Selepas baby di lahirkan, perutku kembali di benahi, kemudian dipindahkan ke kamar pemulihan. Dan baby Ziyad, di kamar khusus bayi, pertemua  kami di tunda, membuatku penasaran -,-, apalagi sesekali mendengar suara baby Ziyad menangis T.T. sekitar 3 jam an kemudian, ketika suster memastikan biusnya sudah habis, kaki sudah bisa di gerakkan, barulah baby Ziyad di bawa ke kamar, untuk menyusu. Sama suater, saya disuruh miringkan badan, reflek noleh ke suami minta bantuan, kemudian kata suster, “balik sendiriki bu, nda boleh dibantu, di gerakkan badannya, biar nda infeksi jahitannya”. Agak susah payah saat membalikkan tubuh, dan setelah berhasil miring ke kanan, sama suster di bantu untuk menyusui baby Ziyad. Sempat susternya bertanya, “kenapaki menangis ? karena sakit atau terharu bahagia?, “dua duanya”.

Setelah semua itu, saya di RS hanya sehari semalam, dan sempat di jengukin para tante dan nenek. Kemudian saya, baby, dan mama di jemput bidan dengan mobilnya untuk melanjutkan rawat inap di rumah bersalin bidan emilyana, suasananya seperti di rumah sendiri. 2 hari 2 malam di rumah bidan, kemudian kembali ke home sweet home dengan anggota baru 👄.

Leave a comment