Kisah pahit akibat salah langkah ta’aruf

image

Kisah pertama, sebut saja namanya Fulanah, beliau baru setahun mengenal salaf dan akhirnya memutuskan untuk menuntut ilmu di sebuah Ma’had salaf.
Fulanah ini, sosok periang dan perhatian di mata teman temannya.
Jika ada yang sakit, belum makan, atau sedih, beliau paling duluan peka dan tanggap.

Continue reading

Sepenggal Kenangan Tentang Beliau

image

Beliau salah satu seorang Ustadz yang ana kagumi.
Melalui beliau juga, ana sekeluarga menyapa indahnya hidayah.
Saat itu, Beliau di undang untuk ceramah Romadhon selama beberapa hari di Timika, tepatnya tahun 2005.
Ahlusunnah di Timika sangat jarang, bahkan mungkin tak lebih dari 10 orang.

Continue reading

Cerita Anak Ma’had #part4

image

Beberapa waktu yang lalu, adekku yang ke tiga, seorang sahabat saat mondok di Pangkep, dan teman baru dari Bekasi, bercerita tentang pondoknya dan kegiatan kegiatannya. Membuatku bernostalgia masa masa beberapa tahun yang lalu. Dan kembali mengabdikan kenangan kenangan yang berserakan ini di Blog.
Kali ini, ceritanya tentang “sisi lain akhwat Pondok”.
Selain belajar, menghafal, dan rutinitas umumnya anak pondok, ada sisi lain dari rutinitas harian, untuk melepas penat dan jenuh para Akhawat, seperti : Continue reading

Cerita Anak Ma’had #part3

image

Sebelumnya di part 1, ana membahas bagaimana kehidupan anak pesantren. Di part 2, ana menceritakan 5 hal yang jarang terjadi kecuali di pesantren, laki laki spesies langka, jatah waktu mandi, makan berjama’ah, tidur berjama’ah, dan aturan di telefon.
Di part 3 ini ana mau melanjutkan cerita sebelumnya..

6. Pelelangan

image

Contoh barang di lelang

Jangan salah, di pesantrenku dulu juga kami mengenal istilah pelelangan. Tapi lucunya, kami tidak perlu menawar harga permintaan, karena sudah ditetapkan semua barang harganya 500. Lebih lucunya lagi, kami sendiri yang membeli barang barang kami, terkecuali jika tidak mau, boleh di beli orang lain, dan uangnya masuk ke kas asrama.
Yup, pelelangan di ma’had kami sangat unik.
Kenapa demikian ?
Di ma’had kami dulu, ada peraturan, setiap barang yang tercecer bukan pada tempatnya, oleh petugas kebersihan di kumpul di suatu ruangan dan ketika hari jum’at akan dilelang, otomatis yang merasa kehilangan barang sudah tahu, kalau barangnya di lelang. Dan caranya agar kembali, mesti di beli dengan harga 500, haks haks.
Bukan hanya barang tercecer saja yang di lelang, pakaian yang kelamaan di rendam dan lewat dari jam mencuci pun di lelang, bayangkan saja, 1 ember isi berapa pakaian, dan kalau merendamnya hari senin, batu bisa di ambil hari jum’at –tak sanggup membayangkan rasanya.

7. Tim Kebersihan dan Tim Amar ma’ruf Nahi Mungkar

image

Gambar hanya contoh :p

Ke dua tim ini sempat berlaku beberapa bulan pada zaman Ustadzah Adzimah hafidzohallah.
Tim kebersihan, bertugas, selalu mengecek kebersihan asrama dan piket piket, seperti melelang barang barang yang tercecer, sampai mencatat orang orang yang buang sampah bukan pada tempatnya, untuk di berikan sanksi. Dan jika petugas kebersihan sendiri yang melanggar, maka sanksi lebih berat.
Adapun Tim Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, bertugas mengawasi penghuni asrama, dan diam diam mencatat pelanggaran dengan waktu kejadian. Pelanggaran pelanggaran seperti bertengkar, berkata kata tidak baik, sampai yang “bersuara tinggi”.
Point terakhir paling sulit, secara seasrama hampir semua bersuara tinggi walau bicara biasa, harus di biasakan bersuara kalem dan rendah sebagaimana mestinya wanita haks haks. Dan parahnya, yang dipilih menjadi anggota Tim Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, justru di sengaja orang orang dengan suara tertinggi dan paling gampang reflek berteriak ketika terjadi sesuatu hatta mati lampu, heuheuheu.
Dan jika anggota Tim Amar Ma’ruf Nahi Mungkar yang melakukan pelanggaran, maka sanksinya lebih berat.

8. Aturan Jajan

image

Menara, swalayan langganan dekat asrama di Bantul

Dulu sebelum masuk pesantren, ummi terutama, khawatir jika tidak terkontrol jajannya.
Alhamdulillah ternyata di pesantren, masalah ini agak ketat.
Seperti jajanan ber msg seperti pilus, snack ringan, dan mie, hanya boleh sepekan sekali, di hari jum’at.
Dan perhati pun di batasi jajannya, ana ga tahu sekarang berapa batasannya, dulu ana dapat hanya boleh dua ribu perhari, dan sisa uangnya di simpan ustadzah tanpa di tahu jumlahnya.
Jika jajan biskuit seharga enam ribu misalnya, berarti ga boleh jajan selama 3 hari.
Ini agar tidak terjadi kesenjangan sosial, karena kaya miskin semua rata.
Secara tidak langsung juga kita menabung tanpa tahu jumlahnya, karena di rahasiakan, jadi suprise tersendiri waktu mau pulang di kembalikan uangnya hoho.

9. Aturan ketika Tidur

image

Jika di part 2 ana bercerita tentang bagaimana tidur berjama’ah, di sini ana bercerita aturan ketika akan tidur.
Pertama, cuci muka, sikat gigi, dan berwudhu *yang ini sih, sudah seperti kewajiban.
Kemudian, tidur di jam 21.00, kalau belum bisa tidur, boleh membaca tanpa bersuara. Jika ada yang bersuara, sanksinya berdiri samoai jam 23.00 sambil muroja’ah hafalan.
Dan, wajib menggunakan sirwal dalaman ketika tidur, yup, kita tidak tahu, ketika malam, mengeluarkan jurus apa saja pas lagi tidur. Khawatir tersingkap auratnya dan jika kebetulan ada teman yang duluan bangun, bahaya, hayaa’.

Dicukupkan sampai di sini cuap cuap tentang anak ma’had, jika berkesempatan ana mau bercerita tentang penyakit penyakit anak pesantren pada umumnya.

Posted from WordPress for Android

Cerita Anak Ma’had #part 2

Pesantren….hmm…6 tahun hidupku kuhabiskan di sini – pesantrenku.
Di sinilah tempat di mana aku menyapa hidayah, mendapatkan banyak pelajaran, sahabat dan mencari jati diri.
Masa masa yang seringkali aku rindukan.
Dan terkadang menyayangkan tidak memanfaatkan baik baik masa nyantri ku dulu.

Tulisan ini tidak sengaja aku rangkai lantaran tadi membuka buka kembali pelajaran zaman nyantri dulu.

image

Saya terkenang beberapa hal yang jarang terjadi selain di pesantren

1. Laki laki itu spesies langka
Secara seasrama perempuan semua, hatta guru gurunya. Kalaupun Ustadz yang mengajar, di balik hijab. Yang namanya melihat laki laki, sebulan sekali pun belum tentu. Kedapatan mengintip, siap siap saja untuk di hukum, atau minimal merasakan akibatnya, seperti susah menghafal karena ma’shiat.
Alhamdulillah, ana pribadi merasa bersyukur, masa masa puber di habiskan di pesantren, dan dibiasakan untuk ghadul bashar.

2. Mandi dengan waktu terbatas
Sebagaimana umumnya, perempuan identik dengan mandi lama, entah di dalam luluran, nyabun berkali kali, lemah gemulai cara mandinya, jika di pesantren, maka mau tidak mau harus berubah. Secara 1 kamar mandi bisa sampai 10 orang, sedangkan waktu bersiap sebelum ta’lim hanya sekitar 2 jam, jika satu orang saja bisa setengah jam atau bahkan sejam, kapan selesainya. Walhasil, waktu mandi pun di jatah, 7 menit perorang, kalau pengen agak lamaan, silahkan mandi sebelum subuh atau sebelum teman teman lain bangun.

3. Makan berjama’ah
Makan berjama’ah yang di maksud, bukan makan bersama tapi piring masing masing. Makan berjama’ah di sini, makan berjama’ah senampan dengan beberapa orang. Ini dalam rangka mencontoh sunnah nabi solallaahu alaihi wasallam,mengharap berkah Allah, dan mempererat rasa solidaritas dengan sesama akhwat lainnya.
Jika baru pertama kali, terkadang agak kaget, karena cara makan orang yang berbeda beda. Di sini pula hendaknya kita menerapkan adab adab makan, seperti mengambil dari yang terdekat dari sisinya, duduk sunnah ketika makan agar tidak menyempitkan teman lainnya, tidak berbuat yang membuat teman lain berkurang selera makannya, seperti bunyi mengunyah, tidak berbicara saat mengunyah dan lainnya.

3. Tidur Berjama’ah bagaikan di bangsal
Jangan mengira tidur berjama’ah maksudnya bareng bareng, tidur di masing masing tempat tidur yang di sediakan, dan bertingkat 2, seperti pesantren modern lainnya. Tapi ini, kasur kasur yang di hamparkan, dan kelambu besar, yang muat 10 sampai 12 perkelambu. Dan yang serunya lagi, setiap hari teman tidur kita di rolling, jadi ga sama itu itu saja. Di sini kesabaran teruji lagi, bagi orang orang yang tinggi rasa sensitifnya saat tidur, dari suara suara ngigau, ngorok, bahkan geraka gerakan tak terduga dari teman tidur xixixi.

4. Aturan Ketika di Telfon
Sebagian orang mungkin agak kaget, di telfon saja, di awasi segitunya. Ternyata walau agak streng, tapi peraturan ini bertujuan, karena pengalaman beberapa kali kecolongan bukan pihak keluarga yang menelpon, kelamaan di telfon sehingga teman lain tidak mendapat kesempatan di telfon keluarganya, hingga di telfon selain orang tuanya dengan maksud mempengaruhi si santri  dengan pengaruh pengaruh jelek.
Sehingga, di tetapkan peraturan di telfon, seperti hanya boleh 15 menit, di awasi selama menelfon oleh ustadzah, tidak boleh di telfon kecuali orang tua, dan hanya boleh 2 pekan sekali.
Walau teekesan agak keras, dengan seperti ini kita juga di latih agar lebih konsentrasi dalam menuntut ilmu, karena biasanya, jika kelamaan di telfon, otomatis banyak obrolan yang tidak terlalu penting di tahu, sehingga menganggu konsentrasi belajar karena kefikiran. Jika membaca kisah kisah para ulama, banyak di antara mereka yang ketika menuntut ilmu bertahun tahun tidak berhubungan dengan keluarganya, sampai sampai tidak tahu jika ada kerabatnya yang meninggal, sehingga mereka sama sekali tidak terfikirkan kecuali hanya fokus ke Ilmu saja.

Sampai di sini dulu, cerita tentang anak Ma’had, insya Allah di lanjut di lain kesempatan.

Posted from WordPress for Android